Connect with us

News

Dorong Sinergi Pemulihan Ekonomi Jokowi Luncurkan Taksonomi Hijau Indonesia

Published

on

Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah meluncurkan Taksonomi Hijau Indonesia sebagai salah satu langkah strategis untuk mendukung pemulihan ekonomi nasional sekaligus memperkuat komitmen negara dalam menjaga keberlanjutan lingkungan. Taksonomi hijau ini menjadi panduan penting bagi sektor keuangan dan bisnis untuk berkontribusi dalam transisi menuju ekonomi hijau yang lebih inklusif dan berkelanjutan. Artikel ini akan membahas latar belakang, tujuan, implementasi, dan dampak dari peluncuran Taksonomi Hijau Indonesia.

Latar Belakang Taksonomi Hijau Indonesia

Dalam beberapa tahun terakhir, isu perubahan iklim dan keberlanjutan telah menjadi perhatian utama di tingkat global. Indonesia, sebagai negara dengan kekayaan sumber daya alam yang melimpah, memiliki peran penting dalam upaya mitigasi perubahan iklim. Peluncuran Taksonomi Hijau Indonesia merupakan bagian dari upaya pemerintah untuk mengintegrasikan prinsip keberlanjutan ke dalam kebijakan ekonomi dan pembangunan nasional.

Latar belakang peluncuran ini mencakup beberapa faktor utama:

  1. Komitmen Global terhadap Perubahan Iklim
    Sebagai bagian dari Perjanjian Paris, Indonesia telah berkomitmen untuk menurunkan emisi gas rumah kaca hingga 29 persen pada tahun 2030. Taksonomi hijau mendukung upaya ini dengan mendorong investasi pada sektor-sektor yang ramah lingkungan.
  2. Pemulihan Ekonomi Pascapandemi
    Pandemi COVID-19 memberikan dampak besar pada perekonomian Indonesia. Taksonomi hijau diharapkan dapat menjadi katalisator pemulihan ekonomi dengan menciptakan lapangan kerja dan mendorong investasi hijau.
  3. Kebutuhan untuk Mengelola Risiko Lingkungan
    Risiko lingkungan, seperti deforestasi dan pencemaran, dapat menghambat pertumbuhan ekonomi. Dengan taksonomi hijau, pemerintah memberikan arah yang jelas untuk mengelola risiko ini secara sistematis.

Apa Itu Taksonomi Hijau?

Taksonomi hijau adalah sistem klasifikasi yang mendefinisikan kegiatan ekonomi mana yang dapat dianggap ramah lingkungan. Taksonomi ini memberikan panduan kepada sektor keuangan dan bisnis untuk mendukung proyek dan investasi yang berkontribusi pada keberlanjutan lingkungan.

Dalam konteks Indonesia, Taksonomi Hijau dikembangkan dengan mempertimbangkan kebutuhan nasional, termasuk aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan. Taksonomi ini mencakup berbagai sektor, seperti energi terbarukan, transportasi ramah lingkungan, pengelolaan limbah, kehutanan berkelanjutan, dan pertanian hijau.

Tujuan Peluncuran Taksonomi Hijau Indonesia

Peluncuran Taksonomi Hijau Indonesia memiliki beberapa tujuan strategis, antara lain:

  1. Mendorong Investasi Berkelanjutan
    Dengan taksonomi hijau, investor dapat lebih mudah mengidentifikasi proyek yang ramah lingkungan, sehingga mendorong aliran modal ke sektor-sektor yang mendukung keberlanjutan.
  2. Memperkuat Peran Sektor Keuangan
    Taksonomi ini memberikan kerangka kerja bagi sektor perbankan, pasar modal, dan lembaga keuangan lainnya untuk mendukung transisi menuju ekonomi hijau.
  3. Mengintegrasikan Keberlanjutan ke dalam Kebijakan Ekonomi
    Taksonomi hijau bertujuan untuk memastikan bahwa prinsip keberlanjutan menjadi bagian integral dari perencanaan dan pelaksanaan kebijakan ekonomi nasional.
  4. Meningkatkan Transparansi dan Akuntabilitas
    Dengan adanya taksonomi hijau, pemerintah dan sektor swasta dapat memonitor dan melaporkan kontribusi mereka terhadap keberlanjutan dengan lebih transparan.

Implementasi Taksonomi Hijau Indonesia

Implementasi Taksonomi Hijau Indonesia melibatkan berbagai pihak, termasuk pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat. Berikut adalah langkah-langkah utama dalam penerapannya:

  1. Penyusunan Regulasi dan Kebijakan Pendukung
    Pemerintah akan mengeluarkan regulasi yang mengintegrasikan taksonomi hijau ke dalam kebijakan fiskal, moneter, dan sektor keuangan.
  2. Kolaborasi dengan Sektor Swasta
    Sektor swasta, termasuk perbankan dan perusahaan investasi, didorong untuk mengadopsi taksonomi hijau dalam strategi bisnis mereka.
  3. Pengembangan Infrastruktur Data
    Sistem pelaporan dan monitoring yang andal akan dikembangkan untuk memastikan bahwa kegiatan ekonomi yang diklasifikasikan sebagai hijau benar-benar memenuhi kriteria keberlanjutan.
  4. Edukasi dan Sosialisasi
    Pemerintah dan lembaga terkait akan melakukan sosialisasi kepada masyarakat dan pelaku usaha tentang pentingnya taksonomi hijau dan bagaimana cara mengimplementasikannya.

Dampak Taksonomi Hijau terhadap Pemulihan Ekonomi

Taksonomi Hijau Indonesia diharapkan memberikan dampak positif yang signifikan terhadap pemulihan ekonomi nasional, antara lain:

  1. Peningkatan Investasi Asing
    Dengan adanya kerangka kerja yang jelas untuk keberlanjutan, Indonesia dapat menarik lebih banyak investasi asing di sektor-sektor hijau.
  2. Penciptaan Lapangan Kerja Baru
    Investasi pada proyek hijau, seperti energi terbarukan dan transportasi ramah lingkungan, akan menciptakan lapangan kerja baru di berbagai daerah.
  3. Pengurangan Risiko Lingkungan
    Dengan mendukung kegiatan ekonomi yang ramah lingkungan, taksonomi hijau membantu mengurangi risiko kerusakan lingkungan, seperti banjir, polusi, dan deforestasi.
  4. Peningkatan Daya Saing Ekonomi
    Dengan mengadopsi prinsip keberlanjutan, Indonesia dapat meningkatkan daya saingnya di pasar global, terutama dalam menghadapi tren ekonomi hijau yang semakin kuat.

Peluncuran Taksonomi Hijau Indonesia oleh Presiden Joko Widodo adalah langkah strategis untuk mendukung pemulihan ekonomi nasional sekaligus memperkuat komitmen negara dalam menjaga keberlanjutan lingkungan. Dengan implementasi yang efektif, taksonomi hijau tidak hanya akan membantu Indonesia mencapai target pengurangan emisi gas rumah kaca, tetapi juga menciptakan ekonomi yang lebih inklusif, berkelanjutan, dan kompetitif. Di masa depan, keberhasilan taksonomi hijau akan menjadi model bagi negara lain dalam mengintegrasikan keberlanjutan ke dalam kebijakan ekonomi mereka.

Continue Reading

News

Hasto Kristiyanto Serahkan Bukti Skandal Besar Saat Diperiksa KPK Siang Tadi? Ini Kata Eks Penyidik

Published

on

Sekretaris Jenderal Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Hasto Kristiyanto, menjalani pemeriksaan selama sekitar 3,5 jam oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) pada Senin, 13 Januari 2025, di kawasan Kuningan, Jakarta.

Setelah pemeriksaan, Hasto terlihat enggan memberikan keterangan kepada media. Ia hanya tersenyum dan tidak menjawab pertanyaan wartawan mengenai materi pemeriksaan dan apakah ia menyerahkan bukti baru terkait skandal besar.

Sebelumnya, Hasto mengklaim memiliki banyak bukti mengenai skandal korupsi pejabat negara, termasuk video yang menunjukkan tindakan korupsi oleh pejabat tinggi. Ia menyatakan telah membuat puluhan video tersebut dan menitipkannya kepada pengamat militer, Connie Rahakundini Bakrie.

Mantan penyidik KPK, Mochamad Praswad Nugraha, mengimbau Hasto untuk mempertimbangkan menjadi justice collaborator dalam mengungkap kasus-kasus korupsi besar. Ia menyarankan agar Hasto menyerahkan bukti-bukti yang dimilikinya kepada KPK untuk membantu proses penegakan hukum.

Namun, hingga saat ini, belum ada konfirmasi resmi dari KPK mengenai apakah Hasto telah menyerahkan bukti baru selama pemeriksaan tersebut. Pihak KPK juga belum memberikan pernyataan terkait klaim Hasto mengenai bukti-bukti yang dimilikinya.

Kasus ini menarik perhatian publik karena melibatkan tokoh penting dalam politik Indonesia dan dugaan skandal besar yang dapat mempengaruhi integritas institusi negara. Masyarakat berharap agar proses hukum berjalan transparan dan adil, serta dapat mengungkap kebenaran di balik klaim-klaim yang beredar.

Penting untuk menunggu perkembangan resmi dari KPK mengenai hal ini, karena informasi yang beredar masih bersifat spekulatif dan belum dapat dipastikan kebenarannya. Pihak berwenang diharapkan dapat memberikan klarifikasi yang diperlukan untuk menjawab pertanyaan publik mengenai status bukti yang diklaim dimiliki oleh Hasto Kristiyanto.

Continue Reading

News

Gempa Guncang Tibet: Puluhan Dilaporkan Meninggal Dunia

Published

on

Tibet, wilayah yang terkenal dengan keindahan alamnya dan julukannya sebagai “Atap Dunia,” baru-baru ini diguncang oleh gempa bumi dahsyat yang menimbulkan dampak besar. Gempa berkekuatan tinggi ini melanda daerah tersebut pada dini hari, menyebabkan puluhan orang meninggal dunia, ratusan luka-luka, dan ribuan orang kehilangan tempat tinggal. Bencana ini juga mengakibatkan kerusakan parah pada infrastruktur, termasuk jalan raya, jembatan, rumah, dan fasilitas umum.

Kronologi dan Kekuatan Gempa

Menurut laporan dari Badan Meteorologi Nasional, gempa berkekuatan 6,8 skala Richter mengguncang Tibet pada pukul 2:45 pagi waktu setempat. Episentrum gempa terletak di wilayah pegunungan terpencil yang berjarak sekitar 200 kilometer dari ibu kota Lhasa, pada kedalaman 15 kilometer di bawah permukaan tanah.

Guncangan gempa terasa hingga wilayah sekitarnya, termasuk beberapa daerah di negara tetangga seperti Nepal dan India utara. Penduduk yang sedang tertidur panik dan berhamburan keluar rumah untuk menyelamatkan diri. Gempa susulan dengan kekuatan lebih kecil terus terjadi selama beberapa jam setelah gempa utama, menambah rasa takut dan kekhawatiran di kalangan masyarakat.

Dampak Gempa

  1. Korban Jiwa dan Cedera
    Berdasarkan laporan awal, sedikitnya 60 orang dilaporkan meninggal dunia, dan angka ini diperkirakan akan terus bertambah seiring dengan proses evakuasi yang berlangsung. Tim penyelamat juga menemukan lebih dari 300 orang terluka, banyak di antaranya mengalami luka serius.
  2. Kerusakan Infrastruktur
    Ribuan rumah hancur atau rusak berat akibat gempa, meninggalkan ribuan keluarga tanpa tempat tinggal. Selain itu, jalan-jalan utama yang menghubungkan desa-desa terpencil di wilayah Tibet runtuh, sehingga menyulitkan akses tim penyelamat dan bantuan kemanusiaan.
  3. Gangguan pada Layanan Publik
    Bencana ini juga mengakibatkan gangguan pada layanan publik seperti listrik, air bersih, dan komunikasi. Banyak wilayah yang kini terisolasi karena jaringan komunikasi yang terputus, sehingga menyulitkan pendataan dan koordinasi bantuan.
  4. Kerusakan pada Tempat Ibadah dan Situs Budaya
    Tibet, yang kaya akan warisan budaya dan tempat ibadah, juga mengalami kerugian besar. Beberapa kuil dan biara kuno dilaporkan rusak parah, mengancam warisan sejarah yang tak ternilai.

Respon Pemerintah dan Bantuan Kemanusiaan

Pemerintah Tibet dan Tiongkok segera merespons bencana ini dengan mengerahkan tim penyelamat ke lokasi terdampak. Helikopter dikerahkan untuk menjangkau wilayah-wilayah yang terisolasi, sementara tim medis dan sukarelawan bekerja keras untuk merawat korban luka-luka.

Bantuan kemanusiaan dari dalam dan luar negeri mulai mengalir, termasuk pasokan makanan, air bersih, tenda, dan kebutuhan darurat lainnya. Organisasi internasional seperti Palang Merah juga ikut serta dalam memberikan bantuan.

Tantangan dalam Penanganan Bencana

  1. Akses ke Wilayah Terpencil
    Medan pegunungan Tibet yang sulit dijangkau menjadi tantangan besar bagi tim penyelamat. Banyak desa terpencil yang hanya dapat diakses melalui jalur darat yang kini rusak akibat gempa.
  2. Cuaca Ekstrem
    Suhu rendah di wilayah tersebut memperburuk kondisi para penyintas, terutama mereka yang kehilangan tempat tinggal. Bantuan darurat berupa pakaian hangat dan perlengkapan musim dingin sangat dibutuhkan.
  3. Koordinasi Bantuan
    Dengan jaringan komunikasi yang terputus di banyak wilayah, koordinasi bantuan menjadi lebih sulit. Tim penyelamat harus bekerja ekstra untuk memastikan bahwa bantuan sampai ke semua daerah terdampak.

Solidaritas Internasional

Bencana gempa di Tibet telah menarik perhatian dunia, dengan banyak negara menyampaikan belasungkawa dan menawarkan bantuan. Negara-negara tetangga seperti India dan Nepal telah mengirimkan tim penyelamat, sementara organisasi internasional mulai menggalang dana untuk mendukung upaya pemulihan.

Selain itu, masyarakat global menunjukkan solidaritas melalui kampanye penggalangan dana di media sosial, membantu memastikan bahwa para korban mendapatkan dukungan yang mereka butuhkan untuk bangkit dari bencana ini.

Pelajaran dari Bencana

Gempa ini kembali mengingatkan kita akan pentingnya kesiapsiagaan menghadapi bencana alam, terutama di wilayah rawan gempa seperti Tibet. Beberapa langkah yang perlu diperhatikan untuk mengurangi dampak di masa depan antara lain:

  1. Pembangunan Infrastruktur Tahan Gempa
    Meningkatkan standar konstruksi bangunan agar lebih tahan terhadap guncangan gempa dapat mengurangi jumlah korban dan kerusakan infrastruktur.
  2. Edukasi dan Simulasi Bencana
    Memberikan pelatihan kepada masyarakat tentang apa yang harus dilakukan saat gempa terjadi dapat menyelamatkan banyak nyawa.
  3. Penguatan Sistem Peringatan Dini
    Sistem peringatan dini yang lebih canggih dapat memberikan waktu tambahan bagi masyarakat untuk menyelamatkan diri sebelum gempa besar terjadi.

Gempa bumi yang mengguncang Tibet adalah tragedi besar yang menimbulkan luka mendalam bagi masyarakat setempat. Namun, di tengah kesulitan ini, solidaritas dan kerja sama antara pemerintah, organisasi internasional, dan masyarakat global memberikan harapan bahwa pemulihan akan terjadi.

Bencana ini juga menjadi pengingat akan pentingnya persiapan menghadapi bencana alam di masa depan, terutama di wilayah-wilayah yang rawan gempa. Dengan upaya bersama, Tibet akan mampu bangkit kembali, membangun kembali rumah mereka, dan melanjutkan perjalanan mereka menuju masa depan yang lebih aman dan tangguh.

Continue Reading

News

MRT 1 Rupiah Hingga Aset Mewah Di Kemensos : Mengungkap Berbagai Isu Yang Membelit Pemerintahan Indonesia

Published

on

Pemerintah Indonesia, seperti banyak negara lainnya, tidak terhindar dari sorotan publik dan media, terutama terkait isu-isu sensitif yang berpotensi mempengaruhi reputasi serta kepercayaan masyarakat terhadap institusi negara. Beberapa isu terpopuler belakangan ini mencakup dua topik yang sangat mencolok, yakni “MRT 1 Rupiah” dan “Aset Mewah di Kementerian Sosial (Kemensos)”. Kedua isu ini tidak hanya mengundang kontroversi, tetapi juga mencerminkan berbagai tantangan yang tengah dihadapi oleh pemerintah Indonesia dalam hal transparansi, akuntabilitas, dan pengelolaan sumber daya negara.

1. MRT 1 Rupiah: Kontroversi dan Implikasi Kebijakan Subsidi

Salah satu isu yang mencuri perhatian publik adalah kebijakan tarif MRT (Mass Rapid Transit) di Jakarta yang hanya dipatok sebesar satu rupiah untuk para pejabat negara dan pegawai pemerintah. Keputusan ini menjadi bahan perbincangan hangat karena terlihat tidak adil bagi masyarakat luas yang harus membayar tarif yang lebih tinggi untuk menggunakan fasilitas transportasi publik yang sama.

Pemberian tarif 1 rupiah untuk pejabat negara dalam penggunaan MRT ini pertama kali terungkap dalam sebuah pemberitaan yang menyoroti kebijakan yang diambil oleh PT MRT Jakarta. Kebijakan tersebut membuat sebagian kalangan merasa bahwa itu adalah bentuk ketidakadilan dan diskriminasi, terutama bagi rakyat yang harus membayar tarif yang jauh lebih tinggi. Meskipun tujuan dari kebijakan ini adalah untuk mempermudah akses transportasi bagi para pejabat, serta dalam rangka memfasilitasi mobilitas mereka untuk tugas dinas, masyarakat merasa bahwa kebijakan ini memberikan kesan bahwa para pejabat mendapatkan perlakuan khusus, yang jauh berbeda dengan rakyat biasa.

Polemik ini semakin memanas ketika beberapa kalangan menilai bahwa kebijakan ini menunjukkan ketidakmampuan pemerintah dalam mengelola subsidi secara adil. Masyarakat pun mulai mempertanyakan apakah keputusan semacam itu mencerminkan keseriusan pemerintah dalam mengelola keuangan negara, terlebih lagi saat Indonesia masih menghadapi banyak tantangan ekonomi.

Sebagai respons, pemerintah berjanji untuk mengevaluasi kembali kebijakan tarif tersebut dan mengkaji apakah ada cara lain untuk memberikan subsidi transportasi publik yang lebih adil dan merata. Hal ini menunjukkan bahwa kebijakan tersebut memang membutuhkan pertimbangan lebih mendalam, mengingat tarif transportasi publik adalah salah satu hal yang sangat mempengaruhi daya beli masyarakat.

2. Aset Mewah di Kemensos: Menyoroti Pengelolaan Anggaran Negara

Isu kedua yang tidak kalah menyita perhatian adalah temuan mengenai sejumlah aset mewah yang dimiliki oleh Kementerian Sosial (Kemensos) Indonesia, yang berlawanan dengan tujuan utama kementerian ini, yaitu membantu masyarakat miskin dan rentan. Temuan ini mencuat setelah adanya laporan bahwa Kemensos memiliki beberapa aset yang nilainya cukup fantastis, termasuk mobil mewah, bangunan, dan properti lainnya yang terkesan tidak relevan dengan tugas utama kementerian tersebut.

Kemensos adalah lembaga yang bertanggung jawab atas pengelolaan bantuan sosial dan kesejahteraan sosial di Indonesia. Dengan anggaran yang besar, kementerian ini seharusnya dapat lebih fokus pada pencapaian tujuan-tujuan sosial, seperti pemberdayaan masyarakat miskin, pemberian bantuan sosial, serta penanganan masalah sosial lainnya. Namun, munculnya isu mengenai pengelolaan aset yang tidak tepat sasaran ini mencoreng citra kementerian yang seharusnya menjadi pelopor dalam upaya mengatasi ketimpangan sosial.

Beberapa kalangan menilai bahwa pengelolaan aset ini bisa menjadi bukti adanya ketidaksesuaian dalam pengelolaan anggaran negara, serta menunjukkan adanya masalah dalam pengawasan internal kementerian. Aset-aset mewah tersebut, yang meliputi mobil mewah dan beberapa properti besar, tentu tidak sesuai dengan nilai-nilai yang seharusnya dijunjung tinggi oleh lembaga yang bertugas untuk mensejahterakan rakyat.

Terkait dengan temuan ini, sejumlah pihak, termasuk Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), telah memberikan perhatian khusus dan melakukan pemeriksaan lebih lanjut terhadap sumber dan penggunaan aset tersebut. Pemerintah sendiri juga telah meminta agar Kemensos memberikan penjelasan yang transparan mengenai hal ini.

3. Membangun Kepercayaan Publik: Menjawab Polemik dan Isu yang Muncul

Setelah dua isu besar ini mencuat ke publik, pemerintah Indonesia menyadari bahwa kepercayaan masyarakat terhadap pengelolaan anggaran dan kebijakan negara harus segera dipulihkan. Salah satu langkah yang dianggap penting adalah melalui transparansi dalam pengelolaan sumber daya negara, baik itu dalam hal kebijakan subsidi transportasi maupun pengelolaan anggaran sosial.

Berkaitan dengan kebijakan tarif MRT 1 rupiah untuk pejabat negara, pemerintah harus menunjukkan komitmen untuk menegakkan keadilan dengan meninjau ulang kebijakan tersebut dan memberikan solusi yang lebih adil, baik bagi rakyat maupun para pejabat. Masyarakat harus diyakinkan bahwa kebijakan tersebut tidak dimaksudkan untuk memberikan perlakuan khusus kepada segelintir orang, melainkan bertujuan untuk memajukan sistem transportasi publik secara keseluruhan.

Sementara itu, dalam menghadapi temuan mengenai aset mewah di Kemensos, pemerintah harus mengambil langkah-langkah tegas untuk memastikan bahwa setiap penggunaan anggaran negara benar-benar sesuai dengan tujuan sosial yang telah ditetapkan. Pemeriksaan dan audit secara terbuka harus dilakukan untuk mengetahui sejauh mana pengelolaan anggaran dan aset negara dapat dipertanggungjawabkan.

4. Pentingnya Transparansi dan Akuntabilitas dalam Pemerintahan

Transparansi dan akuntabilitas dalam pemerintahan adalah kunci utama dalam membangun kepercayaan publik. Pemerintah perlu memastikan bahwa setiap keputusan yang diambil, baik itu terkait dengan subsidi, pengelolaan aset, maupun anggaran negara, dapat dipertanggungjawabkan secara jelas kepada rakyat. Ini juga penting agar tidak ada lagi celah bagi praktik korupsi atau pengelolaan yang tidak efisien.

Untuk itu, sistem pengawasan internal yang lebih ketat perlu diterapkan di setiap kementerian dan lembaga pemerintah, termasuk di Kemensos dan PT MRT Jakarta. Selain itu, penting juga untuk melibatkan masyarakat dalam pengawasan, melalui mekanisme yang lebih terbuka dan partisipatif.

Jika pemerintah Indonesia benar-benar ingin menjaga integritas dan kepercayaan masyarakat, langkah-langkah yang lebih konkret dan transparan dalam menjawab polemik ini harus segera dilakukan. Sebagai negara yang sedang berkembang dan menghadapi berbagai tantangan, Indonesia membutuhkan pemerintahan yang tidak hanya berfokus pada keberhasilan jangka pendek, tetapi juga memiliki komitmen kuat untuk menciptakan sistem yang adil dan berkelanjutan dalam jangka panjang.

Menjaga Citra dan Kepercayaan Publik

Isu mengenai “MRT 1 rupiah” dan “Aset Mewah di Kemensos” adalah dua masalah yang, meskipun sangat berbeda, memberikan gambaran tentang tantangan yang dihadapi oleh pemerintah Indonesia dalam membangun kepercayaan publik. Untuk itu, penting bagi pemerintah untuk bertindak cepat dan transparan dalam menjawab kedua isu ini, agar masyarakat merasa bahwa mereka mendapatkan perlakuan yang adil dan bahwa anggaran negara digunakan untuk kepentingan bersama.

Ke depannya, penting bagi pemerintah untuk terus memperbaiki sistem pengelolaan anggaran dan kebijakan publik yang lebih transparan, akuntabel, dan berorientasi pada kesejahteraan rakyat, bukan hanya untuk kepentingan segelintir kelompok. Hanya dengan langkah-langkah konkret inilah Indonesia bisa melangkah lebih maju menuju pemerintahan yang bersih dan berwibawa di mata dunia.

Continue Reading

Trending

Copyright © 2017 www.politik-und-recht.net